Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif

Daftar Isi

Model-model pembelajaran inovatif dan efektif. Model pembelajaran yang inovatif dan efektif merupakan pendekatan pembelajaran yang unik yang tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik, tetapi juga bagi guru.

Pelajar dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan dengan cara yang paling menguntungkan mereka. Mereka mampu menghadapi tantangan saat mereka merasa siap untuk menghadapinya, daripada dipaksa menghadapi tantangan sebelum mereka siap. Hal ini memungkinkan pelajar untuk mendapatkan kepercayaan diri dan penguasaan atas apa yang mereka pelajari.

Bagi guru, model pengajaran ini lebih mudah dikelola karena mereka tidak harus merencanakan setiap pelajaran terlebih dahulu dan malah dapat fokus membantu peserta didik saat mereka sangat membutuhkannya.

Sistem pendidikan tradisional tidak terlalu efektif. Itu terlalu mahal dan memakan waktu. Model pembelajaran inovatif yang perlu kita adaptasi dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif.

Kita harus mempertimbangkan jenis model pembelajaran baru, yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa. Ini akan membantu mereka untuk belajar lebih baik, lebih cepat dan dengan cara yang lebih bermakna. Model pendidikan tradisional bukan lagi cara terbaik untuk belajar. Saat ini, dengan penggunaan teknologi dan metode inovatif, pembelajaran menjadi lebih mudah dan efektif.

Kita tidak boleh berpikir bahwa hanya karena itu baru dan inovatif, itu juga lebih baik. Ini mungkin pilihan yang jauh lebih baik untuk beberapa orang tetapi tidak untuk orang lain.

Model pengajaran mengandung unsur-unsur penting yang mungkin memberikan gambaran tentang proses pengajaran. Di masa lalu, mengajar dianggap sebagai proses sederhana yaitu mengajar sebagai penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa. 

Keadaan ini disebut proses pengajaran satu arah dimana guru sebagai pengajar menyalurkan ilmunya kepada murid yang menerima segala sesuatu, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif
Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif

Ketika pengajaran seperti itu berlangsung, guru adalah individu yang aktif sedangkan siswa menerima secara pasif. Tidak ada interaksi antara guru dan murid-muridnya. Tanpa adanya interaksi antara guru dan siswanya, maka sulit untuk menentukan apakah proses pembelajaran telah berlangsung atau belum. Siswa tidak diberikan peran aktif sebagai individu yang mungkin menentukan pembelajarannya.

Tetapi situasi saat ini telah banyak berubah dari itu. Mengajar lebih dianggap sebagai proses yang sengaja direncanakan dengan tujuan dan isi yang dipilih secara khusus agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk menentukan proses belajar mengajar yang efektif, disinilah diperlukan pengetahuan tentang Model-model pembelajaran inovatif dan efektif.

Guru harus mengambil berbagai pertimbangan seperti memilih model pengajaran yang dapat memberikan dampak positif pada pengajarannya selain pemilihan metode, teknik dan pendekatan. 

Model-model pembelajaran inovatif dan efektif

Berikut dibahas Model-model pembelajaran inovatif dan efektif untuk pertimbangan guru. Masing-masing model yang diusulkan memiliki kekuatan tersendiri dalam membantu guru dalam proses pengajarannya (Mok Soon Sang, 2003).         

1. Model Pengajaran Dasar

Model pembelajaran inovatif dan efektif yang pertama adalah Model Pengajaran Dasar. Model ini dikemukakan oleh Robert Glaser (1962). Model ini dianggap sebagai model dasar yang bisa menggambarkan proses belajar mengajar. Model Glaser membagi proses pengajaran menjadi empat bagian sebagai berikut;

Menurut model Pengajaran Dasar proses pengajaran dimulai dengan guru menentukan tujuannya. 

a. Tujuan Pengajaran

Tujuan pengajaran adalah perilaku yang ingin dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran. Merupakan pernyataan tingkah laku peserta didik yang mungkin diamati dan dapat diukur setelah langkah-langkah pengajaran dilakukan. Pernyataan yang jelas tentang perilaku anak murid yang ingin dicapai memungkinkan guru untuk merencanakan langkah-langkah pengajaran dan membuat penilaian atas efektivitas pengajarannya.

b. Perilaku Siap

Perilaku siap siswa mengacu pada pengetahuan, keterampilan atau sikap yang sudah dimiliki siswa. Menentukan perilaku siap siswa memungkinkan guru untuk menilai apakah tujuan yang direncanakan sesuai atau tidak. Suatu pembelajaran baru akan lebih bermakna jika dikaitkan dengan pengalaman, kemampuan, dan minat murid yang sudah ada.

c. Prosedur Pengajaran

Bagian ini menjelaskan proses pengajaran. Prosedur pengajaran berbeda-beda sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Bahan ajar dan alat peraga dipilih sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode pengajaran yang tepat harus direncanakan agar pelajaran dapat tersampaikan secara efektif.

Kegiatan mengajar seperti bersaksi, menanya, merangsang, menarik perhatian dilaksanakan pada tahap ini. Siswa juga dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran seperti mengamati, berkonsentrasi, berdiskusi dan pemecahan masalah.

d. Evaluasi kinerja

Pada tahap ini dilakukan observasi dan tes untuk melihat sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran. Dengan adanya penilaian, guru mendapatkan umpan balik atas hasil pengajarannya. Jika penilaian menunjukkan bahwa siswa tidak mencapai tingkat yang memuaskan, maka guru harus meninjau setiap komponen dalam modul pengajaran di atas. 

Jika perlu komponen yang ditemukan kurang akurat dan cocok harus dipelajari atau dimodifikasi. Misalnya, metode pengajaran ceramah dalam pembelajaran tidak dipahami oleh siswa, sehingga guru perlu mengubahnya menjadi metode diskusi atau metode lain yang memudahkan siswa untuk menguasai materi pelajaran. Kelebihan model Glaser ini dapat dijadikan pedoman dasar bagi guru dalam menjalankan tugasnya mengajar. Bagaimanapun,

2. Model inkuiri

Pendekatan inkuiri memungkinkan siswa untuk menggunakan rasa ingin tahunya untuk mengeksplorasi suatu bidang pengetahuan. Tujuan dalam pendekatan ini adalah untuk mengembangkan keterampilan intelektual dan disiplin yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban yang berasal dari rasa ingin tahu mereka. 

Pengajaran berbasis inkuiri dimulai dengan memberikan situasi yang membingungkan. Individu yang menghadapi situasi seperti itu (secara alami) termotivasi untuk memecahkan masalah. Dalam model ini, ada lima tahap seperti uraian di bawah ini:

Tahap 1 :  Fase satu, guru perlu menyajikan situasi bermasalah dan menjelaskan program inkuiri kepada siswa. Pembentukan kejadian tersebut menunjukkan bagaimana pisau terbuat dari dua jenis logam yang ketika dipanaskan menjadi bengkok, mengharuskan murid untuk berpikir. Tujuan akhir dalam pengajaran seperti ini adalah agar siswa mengalami pembentukan pengetahuan baru. 

Tahap 2 :  Melibatkan pemeriksaan proses di mana siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang dilihat atau dialami. 

Tahap 3 :  Eksperimen dilakukan oleh siswa dengan memasukkan unsur-unsur baru ke dalam situasi untuk melihat apakah kejadian itu terjadi dengan cara lain. Di sini siswa dapat bertanya tentang objek dan guru harus peka dan sadar akan jenis informasi yang dibutuhkan dan mengubah pola bertanya.

Tahap 4 :  Guru meminta siswa untuk mengorganisasikan data menjadi sebuah deskripsi. Mungkin ada pelajar yang kesulitan memahami informasi dan membentuk pemahamannya.

Tahap 5 :  Siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri mereka. Mereka membutuhkan pertanyaan yang efektif, pertanyaan yang produktif dan membutuhkan lebih banyak informasi dari guru.

Meskipun model inkuiri pada awalnya digunakan dalam sains, program ini juga cocok untuk semua mapel. Misalnya, kecakapan hidup, bagaimana proses menanam pohon atau tanaman hanya dari satu biji kering, bisa menjadi situasi yang membingungkan bagi siswa. 

3. Model Sim

Model sim memiliki empat unsur penting dalam pengajaran, yaitu guru, siswa, isi dan tujuan pengajaran. Unsur-unsur tersebut dapat saling berinteraksi seperti pada uraian berikut: 

Dalam mempersiapkan pelajaran, model sim mengandung unsur guru, tujuan dan isi pelajaran. Perlu ditekankan dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai pelajaran seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Siswa menjadi fokus dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menentukan tujuan dan materi pelajaran, fakta-fakta siswa seperti kemampuan dan pengetahuan anak didik yang ada harus diperhitungkan. Isi pelajaran meliputi media dan teknik yang digunakan untuk penyampaian materi pelajaran. Materi pelajaran ditentukan oleh guru setelah memperhitungkan kemampuan siswa. 

Dalam setiap pelajaran, tujuan dinilai dalam hal pencapaiannya oleh siswa dan guru menggunakannya untuk meningkatkan pengajaran mereka. Model Sim bermanfaat bagi guru karena membantu guru merencanakan pelajarannya dengan memperhatikan unsur-unsur penting seperti penentuan materi, metode pengajaran dan penilaian.

4. Model Pembelajaran Penguasaan

Bloom (1968) adalah pendiri model pembelajaran ini. Model Pembelajaran Penguasaan adalah proses pengajaran yang dapat digunakan ketika seorang guru ingin mengajarkan semua materi kepada siswa di dalam kelas. Model ini menuntut guru untuk menyusun bahan ajar agar setiap siswa dapat menguasai suatu bidang sesuai dengan waktu dan kemampuannya. 

Model ini juga membahas fenomena 'self-fulfilling prophecy' bahwa siswa percaya bahwa setiap orang dapat berhasil dan sebagian besar siswa dapat mempelajari apa yang diajarkan di sekolah.

Untuk melaksanakan mastery learning, tujuan pengajaran harus jelas dan isi pengajaran dianalisis menjadi beberapa bagian kecil. Isi pengajaran juga harus disampaikan sesuai dengan tingkat individu dan dalam urutan unit pembelajaran yang meningkat. Selain itu, penilaian individual perlu dilakukan, serta pemantauan kemajuan siswa.

Penilaian diagnostik merupakan salah satu jenis penilaian yang sering digunakan dalam ketuntasan belajar. Guru diminta untuk membangun dan mengelola tes singkat untuk menentukan penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran sehari-hari. 

Siswa dengan kesalahan 15% akan mengulangi tugas mereka sampai mereka mencapai penguasaan yang lebih tinggi. Untuk membantu siswa mencapai penguasaan konten, guru dapat merencanakan pekerjaan individu seperti bacaan khusus, tugas dalam lembar kerja dan permainan komputer. 

Selain itu, guru dapat mengadakan tutor sebaya, kelompok belajar kecil dan kelompok bermain akademik. Bagi peserta didik yang berhasil menguasai materi akan diberikan tugas pengayaan.

5. Model Pembelajaran koperatif

Model Pembelajaran Kooperatif menekankan pada kerjasama antar anggota kelompok sekaligus meningkatkan prestasi akademik siswa. 

Ada tiga tujuan utama dalam model ini, yaitu:

  1. untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa yang diajar
  2. untuk memungkinkan siswa membentuk keterampilan kelompok kooperatif dan pada gilirannya menghormati perbedaan individu di kelas
  3. untuk memungkinkan siswa menghargai pembelajaran dan membentuk sikap positif terhadap siswa dari berbagai ras

Di antara teori-teori pendidikan dalam model ini adalah:

penghargaan kelompok-siswa belajar dalam kelompok dan akan memperoleh manfaat tertentu. Melalui pembelajaran kelompok, siswa dapat berkolaborasi dalam kelompoknya masing-masing dan bersaing secara sehat dengan kelompok lain.

mengurangi stereotip – pelajar yang memiliki kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dengan siswa lain dapat mengurangi stereotip tentang ras, jenis kelamin, siswa berprestasi rendah atau cacat.

Sebagai hasil dari pembelajaran kooperatif, ditemukan bahwa anak yang berprestasi tinggi dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dalam proses membantu pelajar yang berprestasi rendah. Model ini juga dinilai mampu menciptakan motivasi di kalangan siswa terutama yang berprestasi rendah. Selain itu, mereka yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif menunjukkan konsep diri yang tinggi.

6. Model Teori Pengajaran dalam Praktek

Murid yang diajar menurut 'teori pengajaran dalam praktik' didasarkan pada Hunter (1991). Dia mencatat bahwa mengajar mencakup serangkaian keputusan profesional yang mempengaruhi tingkat belajar siswa. Hasil ini berkaitan dengan pelajaran, bagaimana siswa mencapai pembelajaran melalui kegiatan tertentu dan perilaku guru tertentu di kelas.

Hunter percaya bahwa konsep mengajar dengan ketiga hasil ini dapat menyediakan kerangka acuan. Artinya hasil pengajaran dan tindakan dapat dijelaskan, diinterpretasikan, didiskusikan, dievaluasi dan ditingkatkan. 

Program Hunter menyediakan desain yang berisi tujuh elemen untuk mengajarkan pelajaran. Unsur-unsur dalam pelajaran ini adalah:

  1. set antisipatif - memungkinkan siswa untuk mengantisipasi apa yang akan dipelajari
  2. objektif dan tujuan
  3. masukan - siswa mendapatkan informasi baru
  4. modeling – guru memberikan contoh-contoh, demonstrasi, idea, 
  5. menguji pemahaman-tes guru di antara pelajaran
  6. latihan terbimbing - siswa berlatih dengan skala yang dipelajari dan diawasi oleh guru
  7. latihan mandiri - siswa membuat tugas yang diberikan oleh guru tentang apa yang telah mereka pelajari secara mandiri

Ketika seorang guru ingin membuat keputusan, guru harus membuat keputusan berdasarkan pengajaran yang efektif. Hal ini pada gilirannya menuntut guru untuk memahami ilmu mengajar karena ini akan menjadi dasar bagi guru dalam pengambilan keputusan. Selain itu, guru harus terampil mengimplementasikan keputusan yang tepat. 

Model ini dapat dipraktikkan dengan merancang pertanyaan yang diperoleh dari tiga jenis hasil di atas, yaitu:

  1. Apakah yang murid akan belajar?
  2. Bagaimana siswa akan belajar?
  3. Keputusan terkait dengan kecepatan belajar, transfer belajar ke situasi baru.

7. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi

Menurut Lerner (2003) model pembelajaran pengolahan informasi menggambarkan aliran informasi selama proses pembelajaran, yang dimulai dari penerimaan informasi melalui proses di otak untuk menghasilkan tindakan. Inti dari model pembelajaran pemrosesan informasi adalah keragaman bagian dari sistem memori. 

Bagian ini memiliki sistem penerimaan informasi yang terbagi menjadi tiga jenis memori, yaitu:

  • penerimaan sensori-stimulus
  • daya ingatan jangka pendek
  • daya ingatan jangka panjang

Kekuatan Sensorik dari Stimulus

Informasi diterima melalui rangsangan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Rangsangan yang diterima baik dari dalam maupun dari luar. Teori pemrosesan informasi sangat penting bagi pengajaran guru. Hal ini karena dapat membantu guru mengatasi ketidakmampuan belajar siswanya. Selain itu, mereka dapat membuat rencana untuk mengajar di kelas.

Daya Ingatan Jangka Pendek

Memori jangka pendek juga dikenal sebagai memori sementara. Ketika melalui proses ini, seseorang akan memiliki kesadaran untuk memahami informasi dan selanjutnya merespon informasi yang diterima. Ketika seseorang memikirkan masalah baru, informasi baru akan menggantikan informasi lama. 

Pentingnya pengajaran guru adalah bahwa guru dapat mengidentifikasi informasi yang disimpan oleh siswa dalam jangka waktu yang diperlukan. Guru hendaknya merencanakan kegiatan agar pelajaran yang diajarkan tidak hanya berada dalam ingatan jangka pendek siswa, melainkan terus tersimpan dalam ingatan jangka panjang.

Memori Jangka Panjang yang Tahan Lama

Memori jangka panjang bertahan lama. Untuk belajar menyimpan informasi yang diperoleh untuk jangka waktu yang lama, informasi perlu ditransfer dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ada dua jenis memori jangka panjang yaitu memori makna dan memori pengalaman.

Pentingnya mengajar adalah bahwa cara informasi disimpan dalam memori jangka panjang membantu kita menggunakan informasi saat dibutuhkan. Melalui teknik pengajaran yang jelas, sistematis dan menggunakan metode yang menarik pasti dapat membantu siswa mengingat kembali pelajaran yang dipelajari. 

Strategi yang bisa membantu siswa meningkatkan memori jangka panjangnya adalah sistem pengorganisasian informasi, menggunakan pengetahuan yang ada dan membuat informasi yang diperoleh lebih bermakna.

8. Model Pendekatan Sistematis untuk Adaptasi Lingkungan Belajar (SAALE)

Model SAALE telah diperkenalkan dan digunakan sejak awal 1970-an. Ini adalah desain di mana isi kurikulum mungkin memerlukan perubahan (adaptasi) untuk memungkinkan siswa penyandang cacat menerima kurikulum pendidikan reguler. 

Untuk memenuhi tujuan pendidikan siswa penyandang disabilitas, Reauthorization of the Individuals with Disabilities Education Act, 1997 (IDEA), telah menyuarakan sistem pendidikan saat ini untuk memberikan kesempatan dan akses yang lebih besar kepada siswa penyandang disabilitas (Wood 2002). 

Lou Danielson (1999), menekankan konsep "desain universal" (pola yang mungkin diadopsi oleh semua) sebagai praktik yang bisa membantu anak-anak istimewa ini mencapai tujuan pendidikan mereka. Penggunaan model SAALE ini telah memberikan pencapaian yang signifikan terhadap pendidikan di populasi yang beragam. 

Model ini merupakan model adaptasi. Ini berisi tiga komponen utama adaptasi yaitu:

Adaptasi Lingkungan

Adaptasi lingkungan melibatkan guru membuat modifikasi pada lingkungan sosioemosional, lingkungan perilaku dan lingkungan fisik.

Adaptasi Lingkungan Pengajaran

Adaptasi lingkungan pengajaran adalah melibatkan guru untuk melakukan modifikasi perencanaan pembelajaran, teknik pengajaran, format isi pengajaran dan media pengajaran.

Dalam konteks adaptasi lingkungan pengajaran ini, model ini menekankan bahwa seorang guru harus membuat penyesuaian khusus yang dapat dilakukan pada setiap titik atau tempat di mana siswa menghadapi kesulitan dalam teknik mengajar, keterampilan pelajaran atau isi pengajaran. 

Konsep kurang tepat dalam mengajar sangat penting untuk dipahami karena ketidaksesuaian yang terjadi bukan disebabkan oleh siswa atau pendidik. Inkompatibilitas secara sederhana adalah situasi ketika seorang siswa tidak berhasil karena pendidik memiliki harapan dan asumsi yang tidak sesuai dengan kemampuan siswanya. 

Misalnya siswa tidak bisa menyalin di papan tulis, sedangkan guru menyuruhnya menulis atau menyalin juga, maka terjadi ketidaksesuaian. Oleh karena itu sebagai seorang guru,

Adaptasi juga dapat dilakukan terhadap RPP yang fokus hanya pada satu tujuan yang spesifik dan jelas, adaptasi teknik pengajaran yang menekankan pada input informasi yaitu, memberikan informasi tergantung pada kemampuan siswa, adaptasi format isi yang tidak terlalu banyak, dan penggunaan format isi yang tidak terlalu banyak. media seperti audio visual dan lain-lain. 

Adaptasi Penilaian

Adaptasi penilaian meliputi penilaian dan penilaian siswa. Adaptasi penilaian berarti penilaian yang dilakukan bersifat komprehensif. Evaluasi kurikulum harus dilakukan dari waktu ke waktu agar sesuai dengan siswa berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, guru perlu memastikan bahwa aspek keadilan diperhitungkan untuk memastikan bahwa semua siswa mendapatkan manfaat yang sama untuk implementasi suatu kurikulum.

9. Model Pembelajaran Masteri

Mastery Learning adalah pendekatan belajar mengajar yang menitikberatkan pada penguasaan siswa terhadap sesuatu yang dipelajari. Melalui ketuntasan belajar, siswa diberi kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajarnya sendiri serta untuk meningkatkan tingkat ketuntasan belajarnya.

Mastery Learning (Hunter 1991) adalah suatu pendekatan belajar mengajar untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai hasil belajar yang diinginkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum melanjutkan ke unit pembelajaran berikutnya. Pendekatan ini membutuhkan proses belajar mengajar yang terencana dan berkualitas serta berpedoman pada tingkat penguasaan siswa. 

Model Pembelajaran Ketuntasan diawali dengan penentuan hasil belajar, dan dilanjutkan dengan proses belajar mengajar. Tujuan penentuan hasil belajar siswa adalah untuk memastikan bahwa semua siswa berhasil menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diberikan pada tingkat kemampuan normal seorang siswa pada tingkat tersebut. Setelah penilaian dilakukan,

Dalam Penguasaan Pembelajaran ada beberapa langkah yang perlu dilaksanakan oleh guru. 

Dalam penguasaan belajar mengajar, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru. Diantara mereka:

  1. kemampuan dan kemampuan siswa yang berbeda-beda
  2. metode pengajaran dan pembelajaran yang berbeda
  3. fasilitas yang tersedia
  4. waktu yang ditentukan

Dengan mengetahui  perbedaan kemampuan dan kemampuan siswa, guru dapat merencanakan metode pengajaran yang juga berbeda dan bervariasi untuk memudahkan siswa menguasai ilmu yang diberikan. Dengan mengacu pada tingkat penerimaan dan kemauan, siswa akan dapat menguasai pengetahuan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Untuk itu, guru harus mengenal siswanya.

10. Model Ekspositori

Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. yang terkhir adalah Ekspositori . Ekspositori berarti memberikan gambaran yang jelas dan rinci. Dalam konteks pengajaran, ekspositori adalah penyajian informasi atau isi pelajaran secara langsung kepada siswa di dalam kelas. Jadi, metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran melalui deskripsi, mendongeng atau demonstrasi dengan tujuan mengajarkan sesuatu. 

Dalam model ini, guru memberikan penjelasan terlebih dahulu dan siswa mendengarkan dengan seksama sampai mereka memahami dan mengingatnya atau mencatat isinya yang penting dalam buku catatan mereka.   

Metode penyampaian menggunakan model ekspositori dijelaskan sebagai berikut: 

  • menerangi, menafsirkan dan menguraikan ide-ide dan konsep-konsep dari buku teks. 
  • jelaskan sambil mendemonstrasikan cara menggambar atau membuat bentuk geometris. 
  • menggambarkan langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan keterampilan yang dipelajari. 
  • menjelaskan suatu konsep dengan alat peraga. 
Demikianlah artikel admin tentang Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat

Asrul251
Asrul251 Menyukai Blog dan berbagi informasi yang bermanfaat melalui blog. Jika ada pertanyaan bisa menghubungi admin di WA atau bisa  Klik langsung disini

Posting Komentar